MOTIVASI DALAM PSIKOLOGI OLAHRAGA: SEBUAH PENDAHULUAN

Motivasi adalah sebuah terminologi yang sangat ‘terkenal’ dan cenderung menjadi salah satu kata kunci yang terutama apabila membahas mengenai kesuksesan di berbagai macam aspek kehidupan, seperti kesuskesan dalam bisinis dan tentu saja dalam hal ini, olahraga. Seberapa termotivasinya seorang atlet dapat dilihat dari arah dan intensitas usaha yang dilakukan oleh atlet tersebut (berdasarkan definisi dari Sage,1977). Sebagai contoh, apabila ada seorang atlet tenis amatir yang ingin masuk ke pertandingan internasional dan dia latihan setiap hari Senin sampai dengan hari Jumat masing-masing selama 2 jam, maka bisa dikatakan bahwa pertandingan internasional merupakan arah dari motivasinya, dan latihannya yang keras merupakan intensitas usahanya untuk mencapai hal yang diinginkan.

Seorang atlet dapat termotivasi baik secara intrinsik (dari dalam diri atlet) dan juga ekstrinsik (dari luar), dan sebelum ada kesalahan, perlu diketahui bahwa termotivasi secara ekstrinsik tidak selalu salah. Seorang atlet dapat dikatakan termotivasi secara intrinsik apabila dia melakukan aktivitasnya karena kesenangan terhadap olahraga itu sendiri, kesenangan dalam berkompetisi dan memiliki keinginan untuk mempelajari sesuatu yang baru untuk meningkatkan performanya. Seorang atlet dapat dikatakan termotivasi secara ekstrinsik apabila dia melakukan aktivitasnya karena ingin mendapatkan reward dari luar, seperti uang, beasiswa, pengakuan dari orang lain, dsb. Seperti yang ditulis di awal paragraf termotivasi secara ekstrinsik tidak selalu salah. Atlet biasanya memiliki dua jenis motivasi tersebut. Seserang mungkin menjadi atlet sepak bola profesional karena dia memang sangat menyukai olahraga tersebut (motivasi intrinsik) dan juga karena uang yang diperolah dari olahraga tersebut dapat berjumlah cukup besar (motivasi ekstrinsik). Persoalannya bukanlah motivasi intrinsik vs ekstrinsik, karena bisa dikatakan bahwa kedua jenis motivasi tersebut dibutuhkan,namun lebih kepada porsi dari masing-masing jenis motivasi tersebut. Tentu saja akan lebih baik apabila porsi motivasi intrinsik menjadi porsi yang lebih besar dibandingkan motivasi ekstrinsik. Penting bagi atlet untuk benar-benar mengevaluasi diri mengenai sejauh mana ia termotivasi secara intrinsik dan seberapa jauh ia termotivasi secara ekstrinsik sehingga mampu menyeimbangkan motivasinya dalam porsi yang proporsional antara intrinsik dan ekstrinsik. Penting juga bagi pelatih dan psikolog olahraga/pelatih mental untuk mengetahui motivasi yang dimiliki oleh atletnya sehingga mampu membantu sang atlet lebih banyak dalam hal motivasi melalui feedback dan desain latihan.

Selain motivasi intrinsik dan ekstrinsik, perlu diketahui juga bahwa motivasi atlet secara keseluruhan dipengaruhi oleh faktor personal (berasal dari dalam diri atlet) dan faktor situasional. Faktor personal contohnya adalah seperti kepribadian, serta kebutuhan dan tujuan personal dari atlet. Faktor situasional contohnya adalah seperti gaya kepelatihan, jenis latihan, dan hubungan dengan rekan tim atau pelatih. Kedua faktor tersebut (personal dan situasional) saling berinteraksi satu sama lain, jadi penting juga untuk atlet mengidentifikasi faktor personal dan situasional yang mempengaruhi motivasinya sendiri. Penting juga bagi pelatih dan psikolog olahraga/pelatih mental untuk khususnya mengenal faktor personal dari atlet sehingga bisa menciptakan situasi latihan yang dapat meningkatkan motivasi atlet dan membantu atlet menghadapi masalah yang bersifat psikologis.

Artikel ini hanya sebagai pendahuluan mengenai topik ‘motivasi’. Topik mengenai ‘motivasi’ akan dibahas secara lebih mendetail pada post-post yang akan datang.